Ini pernah saya bahas di FB: Mahfud
yang intinya begini :
Sudah sangat sering saya sampaikan ( di hadapan teman-teman santri, saya sampaikan sebagaimana keterangan dari Guru-Guru saya) tentang akidah Ahlussunah wal Jamaah terkait dengan qodho dan Qodar dari Allah
"khoirihi wa syarrihi min Allah"
baik dan buruknya adalah dari Allah swt, Hakikinya amal manusia sekalipun baik dan buruk adalah atas kehendak Allah (rukun islam ke 6). Namun masalah nisbat hendaknya kebaikan kepada Allah, sedangkan nisbat keburukan hendaknya kepada diri kita.
sebagaimana dalam QS surat an-Nisa ayat 79
.................مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
artinya: "Kebajikan apa pun yang kamu peroleh adalah dari sisi Allah dan keburukan apa pun yang menimpamu itu dari (kesalahan) dirimu sendiri............"
atau kita juga mengambil dari pesan tersirat dari al-Qur'an surat asy syuaraa ayat 80 sbb:
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
artinya: "dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku",
kita bisa mengambil pelajaran bahwa "sakit" itu mewakili sesuatu yang buruk, maka nisbatnya kepada aku (manusia) sedangkan "sembuh" itu mewakili sesuatu yang baik, maka nisbatnya kepada Dia (Allah)
Dari sini Akidah Ahlussunah wal Jamaah disimpulkan oleh Ulama-Ulama terdahulu bahwa menisbatkan kebaikan (misal rajin Shalat) kepada Allah dengan mengucapkan: Saya mampu shalat dengan tertib tak lain atas pertolongan dari Allah swt. Sedangkan hal yang buruk (misal: menyakiti orang lain) hendaknya dinisbatkan kepada dirinya sendiri dengan mengucapkan: saya menyakiti orang lain itu tak lain karena kesalahan dan kebodohan saya...
Seandainya orang yang berbuat buruk (misal mencuri) kemudian berkata ini semua adalah atas taqdir dari Allah maka ini termasuk suul adab (buruk tatakramanya) dan harus dihindari.
referensi:
1. Kitab Husunul hamidiyah
2. Al-Qur'anul Karim
3. Al-Hadits
4. Dawuhe poro Kiai